Senin, 30 April 2012

Manusia Sebagai Makhluk Budaya

NAMA  : M.ULYA ASRA
 NPM    : 54411219
KELAS : 1IA09 

LATAR BELAKANG
Pada pembahasan tentang Manusia Sebagai Makhluk Budaya ini adalah pembahasan dimana dalam setiap Manusia sebagai makhluk sosial. Dalam hal sosialisasi ada beberapa nilai, salah satunya adalah nilai Budaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam pembahasan ini akan focus tentang Manusia Sebagai Makhluk Budaya.


MAKSUD DAN TUJUAN

Mempelajari dan membahas tentang budaya dalam kehidupan manusia serta hakikat manusia sebagai makhluk budaya.


TEORI

A. Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta),“mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.

B. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.



C. Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan.

D. Manusia dalam budaya jawa
Filosofi budaya jawa mengajak siapapun untuk kembali menenggok jati diri, dan mempertanyakan asal-usulnya di dunia. Seperti yang kita tahu, dalam kosmologi Jawa, manusia berasal dari tirta sinduretno yang keluar saat pertemuan antara lingga yoni, yang kemudian bersemayam di gua garba. Tirta sinduretno merupakan lambang air mani atau sperma laki-laki.
Dalam budaya Jawa, bertemuanya lingga dan yoni merupakan proses magis yang penuh spiritualitas. Dalam mistisme Jawa, manusia tidak hadir sendiri di muka bumi, melainkan berempat. Kita di bumi memiliki sedulur papat lima pancer yang merupakan saudara empat kita, kelima diri kita sendiri. Sedulur papat lima pancer, merupakan penghormatan pada orang tua, khususnya ibu yang sudah melahirkan kita di muka bumi. Yang memberikan kasih sayang tiada habis-habisnya. Hitungan pasaran yang berjumlah lima menurut kepercayaan Jawa, juga berdasar pada filosofisedulur papat lima pancer. Filosofi sedulur papat lima pancer mengandung pengertian bahwa badan manusia yang berupa raga, wadag, atau jasad, lahir bersama empat unsur atau roh atau enima yang berasal dari tanah, air, api dan udara. Empat itu masing-masing mempunyai kiblat di empat mata arah angin. Dan yang kelima berpusat di tengah. Persamaan tempat kiblat sedulur papat lima pancer bisa dilihat di bawah ini.
1. Pasaran Legi bertempat di Timur. Satu tempat dengan unsur udara, memancarkan aura putih.
2. Pasaran Paing bertempat di Selatan. Salah satu tempat dengan unsur api, selalu memancarkan aura sinar merah.
3. Pasaran Pon. Bertempat di barat karena tempat dengan unsur air, memancarkan sinar kuning.
4. Pasaran Wage. Bertempat di utara, satu tempat dengan unsur tanah, selalu memancarkan sinar hitam.
5. Kelima. Yaitu Kliwon, bertempat di tengah. Merupakan tempat sukma atau jiwa berada. Memancarkan sinar manca warna.
Dilihat dari penangalan Jawa melalui filosofi sedulur papat lima pancer,dapat diketahui betapa pentingnya pasaran Kliwon, karena berada di tengah atau pusat. Pusat merupakan tempat sukma yang memancarkan perbawa atau pengaruh kepada sedulur papat atau empat saudaranya. Satu peredaran keblat papat kalima pancer, dimulai dari arah timur berjalan sesuai alur perputaran jam dan berakhir di tengah. Jika dianalogikan, sedulur papat lima pancer seperti ibu yang sedang melahirkan anaknya. Ketika seorang ibu hendak melahirkan kita, sebenarnya perasaan hati dan badannya menahan kesakitan marmatrti,melalui dada. Kemudian lahir jabang bayi dari rahimnya. Setelah itu kaluar ari-ari yang bersifat kuning, lalu keluar darah yang bersifat merah dan tali pusar yang bersifat hitam. Marmarti, ari-ari, darah dan tali pusar inilah yang kemudian dikenal sebagai keempat saudara kita.
Memahami manusia melalui sudut pandang mitologi Jawa, ternyata tidak hanya pada aspek fisiologi, melainkan lebih dari itu. Dunia Jawa merupakan bentangan mistisme dan mitologi yang penuh kearifan luhur. Namun ironisnya, segala tradisi kebijaksanaan itu saat ini makin terkikis dan semakin hilang. Tugas kitalah untuk terus menggali esensi yang ada dalam simbol-simbol tradisi Jawa, lalu mentransformasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga jaman Kaliyuga yang tengah melanda negeri kita bisa segera selesai.

KESIMPULAN

Manusia Sebagai Makhluk Budaya adalah Manusia yang diciptakan untuk menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan. Manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan dan lingkungan sekitarnya.



Daftar pustaka:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar